Tuesday, November 13, 2012

HADI ARTOMO



Tokoh Kreatif Inspiratif : 

“ SANG SUTRADARA FILM DOKUMENTER “



Hadi Artomo lahir di Madiun, 14 Mei 1954. Kecintaannya pada dunia Film muncul sejak ia masih TK (Taman Kanak-Kanak) di desa kecil bernama Trenggalek, Jawa Timur. Saat itu, Hadi kecil bersama rombongan dari sekolah TK-nya berkarya wisata. Saat itu semua anak-anak di ajak untuk menonton Bisokop pertunjukan Film berjudul “ Ambrin Membolos “ pada tahun 1966. Film yang bercerita tentang seorang anak bernama Ambrin yang keranjingan sepatu roda sampai bolos sekolah.  Film itu diajarkan untuk rajin belajar. Saat itulah, Pak Hadi merasa hebatnya sebuah Film. Mengajar tanpa mengurui. Mengajar dan memberi pesan namun tersampaikan dengan menyenangkan. “ Sampai sekarang saya punya film itu. “ tutur Pak Hadi tersenyum. Kecintaannya pada Film ia lanjutkan sampai ia masuk di Institut Kesenian Jakarta, jurusan Film. Beliau merantau ke Jakarta. dengan biaya sendiri untuk cita-citanya dan orang tuanya mendukung walaupun saat itu perfilman Indonesia belum bangkit. Disinilah Pak Hadi sadar, bahwa dukungan orang tua amatlah penting untuk pengembangan kreatifitas dan minatnya. Selesai menamatkan pendidikan S1, Pak Hadi melanjutkan pendidikan S2 di Institut Seni Indonesia, Solo. Memilih Film Dokumenter sebagai fokusnya.

KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Di usia yang menginjak 67 tahun, Pak Hadi Artomo tak berhenti berkarya. Memulai Karier sebagai Juru Kamera di Film “ Kejamnya Ibu Tiri tak Sekejam Ibu Kota” pada tahun 1981, puluhan karya Film telah dilahirkannya. Mulai dari film iklan, film cerita, sampai film dokumenter yang menjadi fokusnya. Ia merasa film dokumenter amatlah penting karena film dokumenter adalah film yang punya ciri otentik dan aktual. Cerita dalam film dokumenter harus dapat dipertanggungjawabkan baik fakta dan fisiknya. Selain membuat film dokumenter khusunya dokumenter tentang pulau-pulau di Indonesia, beliau adalah salah satu anggota Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (PPN) dan dosen pengajar Filmologi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Universitas Indonesia, dan Universitas Tarumanagara.

 PROSES DAN MOTIF KRETIF

Mengawali karier Pertama kali terjun ke film jadi juru kamera dalam Kejamnya Ibu Tiri Tak Sekejam Ibu Kota (1981).
 Mulai jadi juru suara dalam Naga Bonar (1986), yang langsung meraih Piala Citra pada FFI 1987.
Dosen di IKJ ini pernah meraih Piala Widya untuk film Dokumenter Penerangan produksi TVRI Stasiun Pusat Jakarta, Lereng Tambora (FFI 1991). Beliau makin mengepakan sayap menjadi Penulis Sekenario dan Produser Film. Motif kreatifitas dengan melihat situasi dan keadaan di sekitarnya pun dialami pak Hadi. Hal yang meresahkan hatinya, bisa dalam keadaan sedih ataupun senang di tuangkan dalam sebuah sekenario, lalu ia mulai mengadakan riset.
 Setelah itu, mulai mengembangkan gagasan menjadi sebuah ide yang ia sebut pengalihwujudan ide.
Sekenario menurutnya adalah dasar dari semuanya. Menentukan kru, pemain film, production design, lokasi, dan pendanaan. Setelah planning-planning tersebut tercipta, mulailah pra-produksi ( casting, artistik lokasi, dana ), produksi film, sampai pasca produksi ( film masuk ke bioskop, promosi film , dll ) Semua di butuhkan kerja sama yang kompak, displin yang tinggi, dan ketepatan waktu.

Salah satu contoh adalah ketika beliau memproduseri film “ Absensi “ yang bercerita seorang guru yang menolong anak muridnya yang terjerat pergaulan bebas.
 Ia membaca koran mengenai anak-anak muda yang banyak terjerat free sex dan narkoba. Berkerjasama dengan Hanung Bramantyo yang ia tunjuk sebagai sutradara, film dibuat. Begitupula dengan film documenter tentang Indonesia, yang ia rasa bertanggung jawab membuat documenter film.
Karena Indonesia kaya akan budaya Indonesia.Namun, proses-proses yang beliau lalui tak lepas dari hambatan. Sebagai produser ia harus mampu bekerjasama memimpin : para kru dan pemain yang sering terlambat, mengalami masalah lain dimana sebuah film harus menurut pada deadline.
Hambatan berkurang seiring keterampilan di asah terus untuk  mengolah sebuah film. “ Prose situ perlu, tidak bisa instan “ tutur Pak Hadi.

KARYA

·         Kejamnya Ibu Tiri tak Sekejam Ibu Kota – tahun 1981 – Direcctor of photography

·         Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari – tahun 1984 – director of Photography

·         Hati Seorang Wanita – tahun 1984

·         Naga Bonar – tahun 1986 – Juru Suara

·         Film Dokumenter : Suku MOI Papua - Produser

·         Film Dokumenter : Suku Dayak – Kalimantan – Produser

·         Film Iklan – Taman Impian Jaya Ancol – tahun 1992

·         Film Absentsi – tahun 2002 – Produser

·         Dan lain sebagainya.
      
Semua Hasil Karya Pak Hadi Artomo dapat di lihat di : www.filmindonesia.or.id

 PRESTASI DAN TUJUAN HIDUP

Atas kecintaanya pada Film, Pak Hadi Artomo saat itu menjadi juru suara dalam Naga Bonar (1986), yang langsung meraih Piala Citra pada FFI 1987. Meraih Piala Widya untuk film Dokumenter Penerangan prduksi TVRI Stasiun Pusat Jakarta, Lereng Tambora (FFI 1991). Menjadi Anggota Pertimbangan Perfilman Nasional yang diangkat langsung oleh Presiden Megawati, dan keduakalinya dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Mengajar adalah salah satu bentuk kecintaanya pada film. Ia mengajarkan film kepada para mahasiswa dan menekankan untuk tidak takut berbuat salah, try and error. Lebih baik salah ketika masih belajar daripada salah ketika kerja nanti, yang penting proses yang saya nilai. Hal ini juga berlaku bagi anak kandungnya. Ia tidak mengaharuskan anaknya ikut jejaknya, ia percaya bahwa setiap manusia punya emosional intelligence. Ia mengarahkan anaknya pada minat apa yang ia sukai.  Sekarang tujuan hidupnya adalah terus berkarya untuk membuat film Dokumenter Budaya dan Kekayaan alam Indonesia. “ kalau bukan kita yang merekam budaya kita sendiri, siapa lagi? “ tuturnya. Budaya Indonesia kaya dan tidak ada habis-habisnya untuk direkam dan dijadikan film. Dan setiap film itu menjadi bekal untuk masa yang akan datang, untuk anak cucu kita untuk mencintai Indonesia dan melestarikannya. Ia ingin membuat tatanan peradaban budaya Indonesia lebih baik lewat film yang ia buat, berkarya terus untuk bangsa.

KESIMPULAN

Sebagai salah satu mahasiwi yang diajarkan oleh Pak Hadi Artomo, saya bangga pernah diajarkan oleh beliau. Beliau adalah seorang sutradara yang kreatif dan bertangan dingin. Dengan pembawaan yang santai beliau memberikan kami penlajaran berharga tentang makna sebuah film yang sesungguhnya. Mungkin, beberapa produser film Indonesia lebih suka membuat film horror dan berbau sex yang memang laku dan mendapat banyak keuntungan. Tapi, apakah karya itu dapat berguna untuk kita? Berbeda. Pak Hadi terus menekuni film Dokumenter  Indonesia yang dapat membuat anak-anak muda Indonesia lebih paham dan cinta budaya Indonesia, memotivasi anak muda bahwa Indonesia adalah alam yang kaya dan patut kita syukuri. Bila kita mencintai sebuah bidang apapun itu, jangan lihat dari berapa keuntungan yang didapatkan saja tapi lihat apakah kreatititas kita berguna bagi orang lain dang bangsa. Hiduplah perfilman Indonesia!



 PENGANTAR PENULIS



Pada dasarnya, kreatifitas adalah sesuatu yang harus dilatih. Semakin kita melatih kreatifitas, semakin kita dapat mengembangkan gagasan dan ide. Film adalah sebuah karya kreatif yang menurut orang awam sesuatu yang “wah” sulit diciptakan jika tidak ahli karena memakai teknologi yang banyak, banyak orang yang harus terlibat di dalamnya mulai dari kru, sutradara, pemain film, pendanaan, dll. Pak Hadi Artomo adalah seseorang yang saya anggap berpengalaman dalam membuat sebuah film, terbukti dengan karya-karya yang ia hasilkan. " Luh Putu Grace Eunike




No comments:

Post a Comment