Donny De Keizer :
Praktisi Komunikasi yang Menekuni Usaha
Kuliner
Awalnya, Donny De Keizer hanya
berprofesi sebagai broadcaster dan menjadi pengajar komunikasi di
kampus-kampus. Semenjak ia menikah dengan Natalia, ia pun mencoba peruntungan
di dunia kuliner.
Dengan
langkah yang pasti, dan senyuman yang hangat ia keluar dari dalam ruangan
tempat ia usai mengajar. Para mahasiwa menyapanya dan ia membalas dengan ramah.
Donny De Keizer, 36 tahun adalah salah satu pengajar di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Tarumanagara. “ Untuk semester ini, saya mengajar mata
kuliah manajemen isu dan krisis. “ ujarnya seraya menyeruput jus jambu
kesukaanya. “Pak Mandong” begitulah ia disapa oleh para mahasiswanya mengawali
karier sebagai penyiar berita di TVRI ini telah 15 tahun berkiprah di dunia broadcaster. Tak berhenti sampai di
situ, ia aktif bekerja sebagai event
organizer dan praktisi public
relation. Belum lagi ia aktif mengajar sebagai dosen di Universitas
Tarumanagara dan Universitas Bina Nusantara. Dan sekarang ia berhenti menjadi
penyiar di TVRI dan menjadi penyiar di Berita Satu TV.
Aktivitas
yang padat membuat dirinya lupa akan bagian terpenting dalam hidup manusia. Ia
sampai lupa untuk mencari pasangan hidup, dikarenakan aktivitasnya yang sangat
padat di dunia komunikasi. Sampai pada akhirnya, hatinya di luluhkan oleh sosok
Natalia Gunawan, wanita keturunan Chinese
yang dikenalkan oleh mahasiswanya di Untar. “ Saat ada event di Untar, salah
satu mahasiswa mengenalkan saya pada kakaknya, dialah yang menjadi istri saya.
“ ungkapnya. Menikah membuat Donny menjalani hari-hari baru yang berbeda dari
kehidupan biasanya yang sibuk oleh urusan karier. “ menikah membuat saya
memutuskan untuk memfokuskan hidup bukan lagi dengan karier saya, namun
kebahagiaan keluarga saya. “ jelasnya dengan senyum ramah.
Sosok
Natalia dimata Donny adalah orang yang penurut dan pintar memasak. Berasal dari
keluarga yang sangat mencintai dunia kuliner, Natalia yang sering ia sebut
dengan panggilan My Angel ini memang
suka meracik bumbu-bumbu, menemukan resep baru yang di tuangkan dalam bentuk
masakan yang special. “ Saya sangat suka memasak dan ia sangat suka makan. Di
situlah kecocokan kami. Lihat saja sekarang perut saya jadi tambah gendut makan
terus. “ ujar Donny seraya tertawa lepas.
Mencoba Peruntungan di Dunia
Kuliner
Suasana Restaurant Dapur Jie-jie |
Kegemaran
sang istri dalam memasak tak ayal membuat Donny sering mengajak sang istri
untuk membuat masakan di beberapa event yang
ia buat. Sebagai seorang event organizer,
tentu perlu ada sajian hidangan makanan di setiap acara. Sampai pada suatu
event, sang istri membuat kuah tom yum khas Thailand, yang sering dipakai untuk
hidangan Suki. Banyak tanggapan positif dari teman-teman dan kerabat Donny.
Bagaimana tidak ? Kuah tom yum, buatan sang istri yang kental dengan rasa asam
dan manis, menyapu lidah dengan hangat membuat dirinya memutuskan untuk
meneruskan hobby memasak sang istri, untuk di garap lebih serius.
Berkaca
dari pengalaman dan tanggapan positif teman-teman Donny akan kuah tom yum
buatan sang istri, akhirnya pasangan
yang telah menikah 3 tahun yang lalu ini memutuskan untuk membuka usaha shabu restaurant dengan specialisai kuah
tom yum. 24 Maret 2012, terbentuklah Restauran Dapur Jie-jie di kawasan Kemanggisan,
Jakarta Barat. Lokasi ini di anggap strategis karena dekat dengan kampus Binus
Syahdan dan jalannya sering dilalui orang. Nama Dapur Jie-jie dinilai cocok
mewakili sang pemilik resto, Natalia yang adalah keturunan Chinese. Jie-Jie adalah sebutan kakak perempuan dalam bahasa
mandarin.
konsumen dapat mengambil sendiri suki yang diinginkannya |
Tak
akan pernah sukses kalau tidak berani mencoba, itulah moto yang di pegang teguh
oleh Donny dalam membuat bisnis kuliner ini. Demi kecintaanya pada istri dan
modal yang nekat ia berani menguras tabungan yang telah ia rintis semenjak ia
masih menjadi penyiar berita TVRI sampai sekarang. “ Bila usaha ini gagal maka
habis semua yang dimiliki saya dan keluarga. “ ungkap beliau dengan terus
terang. Membuka usaha kuliner ini tak semudah membalikan telapak tangan. Tak
ayal Donny dan istri harus menggonta ganti karyawan dan koki, mengganti
supplier shabu-shabu agar cocok dengan konsumen. Apalagi dengan serangan sinis
dari resto-resto yang bertetangga dengan resto Dapur Jie-jie ini. “ Padahal
kami beda makanannya dari yang lain, namun karena resto kami ramai timbul sinis
dari yang lain kadang melakukan aksi mencoret dinding depan resto kami. “ ungkap
Donny seraya menghela nafas panjang. Namun, kurang dari satu tahun setiap usaha
dan kerja kerasnya bersama istri berbuah manis. Omset meningkat dan banyak
pelanggan datang. Bahkan tak jarang, mendapatkan pesanan-pesanan lain dari luar
bila ada orang yang mengadakan acara-acara. “ Tuhan pasti kasih jalan, buat orang yang mau
usaha. “ tutup beliau dengan penuh keyakinan.
Dapur
Jie-jie terletak di gang besar. Restaurant ini gampang dikenali dengan tagline
poster berwarna hijau di depan restaurant “Dapur Jie-jie”. Pada siang hari,
suasana keramaian kian terasa dengan banyaknya mahasiswa dan masyarakat di
kawasan itu berlalu-lalang. Restaurant sederhana yang memiliki 3 orang karyawan
ini, dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiwa yang sedang menyantap makan siang. Tersedia
meja panjang dengan 4 bangku di setiap meja. Dengan konsep, shabu restaurant
para konsumen mendapatkan mangkok dan mulai mengambil shabu-shabu yang mereka
inginkan di suatu lemari pendingin. shabu crab stik, praun, fishball, tofu,
meat ball, tahu isi, seafood tofu, dan bermacam-macam shabu lainnya tersedia.
Harganya pun terjangkau di hargai antara Rp.1.800-Rp.3.000/shabu-shabu. Lalu,
konsumen menyerahkan pada karyawan untuk diberikan kuah tom yum. Dengan ramah
karyawan melayani konsumen. Kuah tom yum pun disajikan. Kepulan asap yang
berasal dari panasnya kuah tom yum menyeruak dan sangat menggoda konsumen
menikmatinya segera. Salah seorang pengunjung, Irene mahasiswi Akuntansi
Universitas Nusantara baru pertama kali menikmati masakan di dapur Jie-jie ini.
“ enak nih kuah tom yumnya, lagian shabu-shabunya murah pas buat kantong
mahasiswa. Kuahnya gratis pula. “ ungkapnya sambil terus menikmati makannya.
Sementara
konsumen berdatangan, sang pemilik sibuk untuk membuat bumbu tom yum. Natalia,
istri Donny membuat bumbu tom yum setiap kali berkunjung ke restaurant miliknya
dan suami. Ia sangat menyukai dunia kuliner dan ia bangga akan sang suami yang
mendukung penuh minatnya ini. “ Aku dan Mas Donny jarang ke sini sih, ya aku
bikin bumbu Mas Donny biasanya mengontrol para karyawan. “ ujar Natalia yang
sibuk mengupas bawang di tanganya menggunakan pisau. Sosok sang suami bagi
Natalia adalah sosok yang sangat bertanggung jawab. Dalam usaha kuliner bersama
ini, ia tak mau lepas tangan. Dengan ilmu komunikasi yang ia punyai, ia
mengajarkan para karyawan untuk memberikan pelayanan terbaik, walaupun
restaurant ini terbilang masih baru. Dengan kegigihan dan kerja kerasnya,
sesibuk apapun sang suami bekerja baik sebagai penyiar, praktisi PR, maupun
dosen seminggu sekali Donny menyempatkan untuk datang dan mengawasi restaurant
ini. “ Untuk promosi, Mas Donny sampai membuat facebook dan twitter Dapur
Jie-jie. Mahasiswa yang ia ajar juga di ajak untuk berkunjung ke resto juga. “
ungkap Natalia.
Kesibukan
Donny di dunia komunikasi dan sang istri yang menggurus rumah tangga, membuat
mereka jarang untuk mengawasi Dapur Jie-jie. Maka dari itu, ditunjuk seorang
supervisor yang dapat mengawasi restaurant ini setiap hari. Dialah Dennis,
salah satu mahasiswa Bina Nusantara jurusan Marketing Komunikasi semester 7. Ia
juga salah satu mahasiswa Donny. “ Pak Donny itu orangnya fleksibel banget.
Kalau di kelas yang hubungan kita antara mahasiswa dan dosen, kalau di resto ya
as a friend kita. “ ujar Dennis yang
sibuk mengawasi kegiatan di Dapur Jie-jie.
Kurang
dari setahun Dapur Jie-jie telah mendapat peningkatan Omset. Donny dan Natalia,
tidak menyangka hal ini dapat terjadi. Didasari hal itu, usaha ini dinilai
Donny, akan menjadi investasi keluarganya di masa depan. “ Suatu saat, saya
pasti akan menjadi tua. Tidak mungkin selamanya jadi penyiar berita. Tak
mungkin selamanya jadi praktisi PR. Jadi usaha ini akan saya dan istri
kembangkan terus dengan membuka cabang baru, mungkin di kampus Untar. Yang
penting bagi saya sekarang adalah kebahagiaan keluarga. “ ungkap Donny
mengutarakan keinginannya.
Dari
sosok Donny, sang penyiar berita yang membuka usaha kuliner kita dapat belajar
bahwa usaha pasti berbuah keberhasilan. Donny sama sekali tidak memiliki latar
belakang dalam dunia kuliner. Namun, dengan di dasari keinginan ia mencoba dan
berusaha. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Lebih baik gagal yang
penting mencoba, daripada tidak berbuat apa-apa. Karena di balik setiap
kegagalan pasti ada kesuksesan.
![]() |
penulis berfoto bersama Pak Donny |
by : Luh Putu Grace Eunike - 2012
No comments:
Post a Comment