Tuesday, November 20, 2012


Donny De Keizer :


Praktisi Komunikasi yang Menekuni Usaha Kuliner




Awalnya, Donny De Keizer hanya berprofesi sebagai broadcaster dan menjadi pengajar komunikasi di kampus-kampus. Semenjak ia menikah dengan Natalia, ia pun mencoba peruntungan di dunia kuliner.
Dengan langkah yang pasti, dan senyuman yang hangat ia keluar dari dalam ruangan tempat ia usai mengajar. Para mahasiwa menyapanya dan ia membalas dengan ramah. Donny De Keizer, 36 tahun adalah salah satu pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara. “ Untuk semester ini, saya mengajar mata kuliah manajemen isu dan krisis. “ ujarnya seraya menyeruput jus jambu kesukaanya. “Pak Mandong” begitulah ia disapa oleh para mahasiswanya mengawali karier sebagai penyiar berita di TVRI ini telah 15 tahun berkiprah di dunia broadcaster. Tak berhenti sampai di situ, ia aktif bekerja sebagai event organizer dan praktisi public relation. Belum lagi ia aktif mengajar sebagai dosen di Universitas Tarumanagara dan Universitas Bina Nusantara. Dan sekarang ia berhenti menjadi penyiar di TVRI dan menjadi penyiar di Berita Satu TV.
Aktivitas yang padat membuat dirinya lupa akan bagian terpenting dalam hidup manusia. Ia sampai lupa untuk mencari pasangan hidup, dikarenakan aktivitasnya yang sangat padat di dunia komunikasi. Sampai pada akhirnya, hatinya di luluhkan oleh sosok Natalia Gunawan, wanita keturunan Chinese yang dikenalkan oleh mahasiswanya di Untar. “ Saat ada event di Untar, salah satu mahasiswa mengenalkan saya pada kakaknya, dialah yang menjadi istri saya. “ ungkapnya. Menikah membuat Donny menjalani hari-hari baru yang berbeda dari kehidupan biasanya yang sibuk oleh urusan karier. “ menikah membuat saya memutuskan untuk memfokuskan hidup bukan lagi dengan karier saya, namun kebahagiaan keluarga saya. “ jelasnya dengan senyum ramah.
Sosok Natalia dimata Donny adalah orang yang penurut dan pintar memasak. Berasal dari keluarga yang sangat mencintai dunia kuliner, Natalia yang sering ia sebut dengan panggilan My Angel ini memang suka meracik bumbu-bumbu, menemukan resep baru yang di tuangkan dalam bentuk masakan yang special. “ Saya sangat suka memasak dan ia sangat suka makan. Di situlah kecocokan kami. Lihat saja sekarang perut saya jadi tambah gendut makan terus. “ ujar Donny seraya tertawa lepas.

Mencoba Peruntungan di Dunia Kuliner

Suasana Restaurant Dapur Jie-jie
Kegemaran sang istri dalam memasak tak ayal membuat Donny sering mengajak sang istri untuk membuat masakan di beberapa event yang ia buat. Sebagai seorang event organizer, tentu perlu ada sajian hidangan makanan di setiap acara. Sampai pada suatu event, sang istri membuat kuah tom yum khas Thailand, yang sering dipakai untuk hidangan Suki. Banyak tanggapan positif dari teman-teman dan kerabat Donny. Bagaimana tidak ? Kuah tom yum, buatan sang istri yang kental dengan rasa asam dan manis, menyapu lidah dengan hangat membuat dirinya memutuskan untuk meneruskan hobby memasak sang istri, untuk di garap lebih serius.
Berkaca dari pengalaman dan tanggapan positif teman-teman Donny akan kuah tom yum buatan sang istri,  akhirnya pasangan yang telah menikah 3 tahun yang lalu ini memutuskan untuk membuka usaha shabu restaurant dengan specialisai kuah tom yum. 24 Maret 2012, terbentuklah Restauran Dapur Jie-jie di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat. Lokasi ini di anggap strategis karena dekat dengan kampus Binus Syahdan dan jalannya sering dilalui orang. Nama Dapur Jie-jie dinilai cocok mewakili sang pemilik resto, Natalia yang adalah keturunan Chinese. Jie-Jie adalah sebutan kakak perempuan dalam bahasa mandarin.
konsumen dapat mengambil sendiri
suki yang diinginkannya
Tak akan pernah sukses kalau tidak berani mencoba, itulah moto yang di pegang teguh oleh Donny dalam membuat bisnis kuliner ini. Demi kecintaanya pada istri dan modal yang nekat ia berani menguras tabungan yang telah ia rintis semenjak ia masih menjadi penyiar berita TVRI sampai sekarang. “ Bila usaha ini gagal maka habis semua yang dimiliki saya dan keluarga. “ ungkap beliau dengan terus terang. Membuka usaha kuliner ini tak semudah membalikan telapak tangan. Tak ayal Donny dan istri harus menggonta ganti karyawan dan koki, mengganti supplier shabu-shabu agar cocok dengan konsumen. Apalagi dengan serangan sinis dari resto-resto yang bertetangga dengan resto Dapur Jie-jie ini. “ Padahal kami beda makanannya dari yang lain, namun karena resto kami ramai timbul sinis dari yang lain kadang melakukan aksi mencoret dinding depan resto kami. “ ungkap Donny seraya menghela nafas panjang. Namun, kurang dari satu tahun setiap usaha dan kerja kerasnya bersama istri berbuah manis. Omset meningkat dan banyak pelanggan datang. Bahkan tak jarang, mendapatkan pesanan-pesanan lain dari luar bila ada orang yang mengadakan acara-acara.  “ Tuhan pasti kasih jalan, buat orang yang mau usaha. “ tutup beliau dengan penuh keyakinan.

Dapur Jie-jie terletak di gang besar. Restaurant ini gampang dikenali dengan tagline poster berwarna hijau di depan restaurant “Dapur Jie-jie”. Pada siang hari, suasana keramaian kian terasa dengan banyaknya mahasiswa dan masyarakat di kawasan itu berlalu-lalang. Restaurant sederhana yang memiliki 3 orang karyawan ini, dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiwa yang sedang menyantap makan siang. Tersedia meja panjang dengan 4 bangku di setiap meja. Dengan konsep, shabu restaurant para konsumen mendapatkan mangkok dan mulai mengambil shabu-shabu yang mereka inginkan di suatu lemari pendingin. shabu crab stik, praun, fishball, tofu, meat ball, tahu isi, seafood tofu, dan bermacam-macam shabu lainnya tersedia. Harganya pun terjangkau di hargai antara Rp.1.800-Rp.3.000/shabu-shabu. Lalu, konsumen menyerahkan pada karyawan untuk diberikan kuah tom yum. Dengan ramah karyawan melayani konsumen. Kuah tom yum pun disajikan. Kepulan asap yang berasal dari panasnya kuah tom yum menyeruak dan sangat menggoda konsumen menikmatinya segera. Salah seorang pengunjung, Irene mahasiswi Akuntansi Universitas Nusantara baru pertama kali menikmati masakan di dapur Jie-jie ini. “ enak nih kuah tom yumnya, lagian shabu-shabunya murah pas buat kantong mahasiswa. Kuahnya gratis pula. “ ungkapnya sambil terus menikmati makannya.
Sementara konsumen berdatangan, sang pemilik sibuk untuk membuat bumbu tom yum. Natalia, istri Donny membuat bumbu tom yum setiap kali berkunjung ke restaurant miliknya dan suami. Ia sangat menyukai dunia kuliner dan ia bangga akan sang suami yang mendukung penuh minatnya ini. “ Aku dan Mas Donny jarang ke sini sih, ya aku bikin bumbu Mas Donny biasanya mengontrol para karyawan. “ ujar Natalia yang sibuk mengupas bawang di tanganya menggunakan pisau. Sosok sang suami bagi Natalia adalah sosok yang sangat bertanggung jawab. Dalam usaha kuliner bersama ini, ia tak mau lepas tangan. Dengan ilmu komunikasi yang ia punyai, ia mengajarkan para karyawan untuk memberikan pelayanan terbaik, walaupun restaurant ini terbilang masih baru. Dengan kegigihan dan kerja kerasnya, sesibuk apapun sang suami bekerja baik sebagai penyiar, praktisi PR, maupun dosen seminggu sekali Donny menyempatkan untuk datang dan mengawasi restaurant ini. “ Untuk promosi, Mas Donny sampai membuat facebook dan twitter Dapur Jie-jie. Mahasiswa yang ia ajar juga di ajak untuk berkunjung ke resto juga. “ ungkap Natalia.
Kesibukan Donny di dunia komunikasi dan sang istri yang menggurus rumah tangga, membuat mereka jarang untuk mengawasi Dapur Jie-jie. Maka dari itu, ditunjuk seorang supervisor yang dapat mengawasi restaurant ini setiap hari. Dialah Dennis, salah satu mahasiswa Bina Nusantara jurusan Marketing Komunikasi semester 7. Ia juga salah satu mahasiswa Donny. “ Pak Donny itu orangnya fleksibel banget. Kalau di kelas yang hubungan kita antara mahasiswa dan dosen, kalau di resto ya as a friend kita. “ ujar Dennis yang sibuk mengawasi kegiatan di Dapur Jie-jie.
Kurang dari setahun Dapur Jie-jie telah mendapat peningkatan Omset. Donny dan Natalia, tidak menyangka hal ini dapat terjadi. Didasari hal itu, usaha ini dinilai Donny, akan menjadi investasi keluarganya di masa depan. “ Suatu saat, saya pasti akan menjadi tua. Tidak mungkin selamanya jadi penyiar berita. Tak mungkin selamanya jadi praktisi PR. Jadi usaha ini akan saya dan istri kembangkan terus dengan membuka cabang baru, mungkin di kampus Untar. Yang penting bagi saya sekarang adalah kebahagiaan keluarga. “ ungkap Donny mengutarakan keinginannya.
Dari sosok Donny, sang penyiar berita yang membuka usaha kuliner kita dapat belajar bahwa usaha pasti berbuah keberhasilan. Donny sama sekali tidak memiliki latar belakang dalam dunia kuliner. Namun, dengan di dasari keinginan ia mencoba dan berusaha. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Lebih baik gagal yang penting mencoba, daripada tidak berbuat apa-apa. Karena di balik setiap kegagalan pasti ada kesuksesan.



penulis berfoto bersama Pak Donny

by : Luh Putu Grace Eunike - 2012

 

No comments:

Post a Comment