by : Luh Putu Grace Eunike
“ Terpujilah wahai
engkau, ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku .. Semua
baktimu akan ku ukir di dalam hatiku ..
Cuplikan lagu diatas
mungkin tidak asing lagi bagi kita. Lagu yang dinyanyikan saat duduk di bangku
sekolah dahulu. Ya! Lagu Hymne Guru yang sering kita nyanyikan namun tidak
dimengerti. Perlahan seiringnya waktu, ketika menghayati lagu tersebut kita
dapat mengerti mereka para guru menitipkan bekal pada kita berupa ilmu dan
pengetahuan yang nantinya akan kita pakai dalam meniti perjalanan hidup kita.
Ilmu yang berguna seperti cadangan air ketika dahaga, dan seperti bom waktu
yang siap meledak melahirkan ide-ide yang brilian.
Pahlawan
tanpa tanda jasa selama ini disematkan kepada sosok seorang guru, yang
mengajarkan banyak hal kepada anak didiknya. Semua dilakukan karena memang
itulah yang ada dihati mereka, mendidik anak bangsa hingga berguna nantinya
untuk diri sendiri dan untuk
Namun,
setelah kita meninggalkan bangku sekolah. Ingatkah kita akan guru yang telah
mendidik kita sampai menjadi sekarang ini? Menjadi pemuda/i yang sukses dengan
segala hal materi yang ada di sekeliling kita. Bagaimana dengan guru-guru kita?
Tetap berada di tempat yang sama, di sekolah. Mereka mengabdi untuk kecerdasaan
bangsa namun kesejahteraan mereka belum terpenuhi.
Berbicara
tentang kesejahteraan, secara garis besar, baik guru PNS maupun guru swasta
setidak-tidaknya memiliki hak mendapatkan penghasilan sesuai dengan Standar
Nasional berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, dan tambahan.
Untuk tiga item ini guru PNS mendapatkannya dari pemerintah, sedangkan guru
swasta seharusnya dipenuhi oleh lembaga penyelenggara pendidikan swasta yang
menaunginya.
Hal
ini menunjukkan, betapa bersungguh-sungguhnya bangsa ini dalam mencoba
mewujudkan hak-hak guru menjadi sejahtera. Namun bagaimana dengan guru yang
bekerja di sekolah swasta?
Guru Mengabdi
Diah
Aulianti, 36 tahun adalah seorang guru yang telah mengabdi pada salah satu
sekolah swasta di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat. Selama 14 tahun beliau
mengabdi mengajar mulai dari TK (Taman Kanak-Kanak) sampai kelas 1 Sekolah
Dasar. Ia mengajarkan anak-anak membaca dan menghitung, serta mengajarkan
kepribadian. Rumahnya yang jauh di daerah Bekasi, Jawa Barat mengharuskannya
untuk berangkat dari pagi benar. Pukul 04.00 pagi ia harus bersiap drai
rumahnya ke sekolah, karena proses belajar mengajar dimulai pukul 06.30.
Bersama dengan Suaminya, Adrian (41) ia berangkat ke sekolah tempat ia mengajar
menggunakan sepeda motor.
Mengajar
adalah hal yang sangat melekat pada dirinya. Ia sangat menyukai bidang dimana
ia bekerja. “ Saya merasa hidup dengan mengajar anak-anak ini. “ ujarnya.
Seusai lulus sekolah perguruan jurusan matematika, ia melamar di sekolah di
tempat ia mengajar sekarang. Ini berarti ia tidak pindah ke sekolah lain,
selain di sekolah ini. Namun, selama 14 tahun ia mengajar ia mengaku tidak
mendapatkan tunjangan-tunjangan layaknya guru di sekolah lainnya. Bahkan ia
mengatakan, gaji pokonya di bawah standart yang seharusnya. “ saya suka
mengajar di sini karena sudah sangat akrab dengan guru-gurunya dan juga sistem
pengajarannya cocok dengan saya. Lagipula mau cari sekolah lain repot sekarang
semua serba standart internasional. “ ungkap beliau yang menyiratkan bahwa
pengabdiannya tidak lagi memikirkan kesejahteraan.
Pekerjaan
suami Bu Diah, yang hanya sebagai tukang loper koran keliling menggunakan
sepeda motor, tentu tidaklah mencukupi kebutuhan keluarga. Bu Diah dan suami
memiliki 2 orang anak yang masih duduk di bangku sekolah. Dengan gaji pokok Bu
Diah, ia memang mengakui sangat kurang dari kata cukup. Kami hanya punya gaji
pokok, taka da tambahan-tambahan lain. “ Tak ada pula tunjangan, hanya
tunjangan hari raya. Itu semua tergantung yayasan. “ kata beliau.
Inilah
potret kehidupan guru swasta, yang dimana bekerja di sebuah sekolah dengan
label yayasan kecil. Kesejahteraan tidak lagi dipikirkan, hanya memikirkan pengabdian
bagi anak-anak bangsa agar terpenuhi ilmu pengetahuan agar berguna bagi bangsa
dan negara.
Ihwal
kesejahteraan, seyogianya guru swasta keluarkan semua pendapat yang memberikan
solusi atas masalah rendahnya tingkat kesejahteraannya. Kesejahteraan guru juga
kesejahteraan pahlawan kita. Pahlawan yang berjuang untuk mencerdaskan kita.
No comments:
Post a Comment