Jadilah Perempuan yang Bersyukur

" Kebanyakan wanita itu Kurang Bersyukur ..."

Demikian ungkapan narasumberku, mba Ririe Bogar penulis buku 'Cantik Ejaan nya Bukan K.U.R.U.S'

Gue belajar dari kata2 tersebut. Bersyukur itu harus jadi gaya hidup khususnya untuk perempuan.

Hal ini pun muncul jadi perenungan, apakah saya termasuk perempuan yang kurang bersyukur ? 

Me and Imm pacaran udah cukup lama. 13 oktober 2015 kemarin, genap 8 tahun. 1 tahun kebelakang tepatnya setelah gue kerja, makin banyak yang nanya kapan nikah? Dia serius ga sih sama lo? Bahkan ga jarang banyak yang ngeledekin lo pacaran apa kredit mobil? 

Its oke buat setiap pertanyaan tersebut. Tapi yang gue percaya setiap pasangan punya pilihan. Ada yang baru 1 minggu kenal langsung nikah, ada yang pacaran lama ataupun bentar tapi mutusin buat bubaran dengan berbagai alasan dan kebanyakan yg gue temui karena perbedaan yang begitu prinsip mulai dari keyakinan sampai orang tua.

Dari situ gue sadar, salah satu cara bersyukur adalah dengan melihat apa yang dialami orang lain belum tentu lebih enak dari yang kita alami sekarang. Bukan membandingkan diri dengan orang lain, tapi belajar buat ga merasa paling bernasib buruk.

Gue bukan tidak memikirkan pertanyaan orang-orang tersebut : " kapan nikah ? " tapi setelah gue melihat kebelakang apa yang kami jalankan. Gue belajar untuk bersyukur kalau Tuhan mempertemukan kami saat masih dibangku sekolah.

Pacaran sejak SMA. Sempat putus ketika baru 1 tahun pacaran. Saat balikan, kami jadi tambah sayang dan janji buat ga ada kata putus lagi. Di balik hal yang kelihatannya buruk (putus) ada hal baik yang bisa diperoleh :)

Kami saling dukung saat kuliah sampai dia lulus duluan di tahun 2012 menyusul gue di tahun 2013. Kami juga berjuang cari kerja sama-sama. Sampai sekarang kami melihat begitu banyak penyertaan Tuhan.

Bersyukur, untuk ga adanya kata bosan dalam hubungan ini. Setiap pagi say morning dan mau tidur say good nite. Saling ngabarin, 3 jam aja ga ngabarin dia bisa cariin. Posesif? No! Itulah cara dia mengasihi dan menjaga gue. Dia pengen tau apa yang lagi gue alami dan lakukan. Dia pengen tau apakah gue makan dengan cukup atau ngingetin kalau gue sibuk kerja sampe lupa makan. Gitu juga sebaliknya.

Kami selalu cerita apapun. Kami juga berusaha buat hubungan senyaman mungkin untuk bikin jadwal ketemu bukan berlebihan yang harus ketemu tiap hari. Dan gue percaya itu malah bikin rindu yang buat hubungan makin manis.

Dari jaman dia ga ada motor sampe sekarang puji Tuhan ada gue ga pernah di manjain sama dia, kalau gue bisa lakuin sendiri, gue akan lakuin sendiri. Gue percaya hal ini bakal berguna buat masa depan kami nanti.

Orangtua pun , baik dari gue atau dia udah saling kenal dan mensupport kami. Inipun patut disyukuri.

Sekarang ini, dia sering kerja ke luar kota makin buat jarang ketemu, tapi komunikasi kami usahakan intens dan kirim foto selfie untuk bikin semangat meski jauh. Kadang kita doa sama-sama meski via phone.

Dia selalu yakinin gue kalau semua ada masanya. Ada masa kita main di SMA dulu, lanjut ke tumpukan tugas kuliah dan sekarang kerja untuk apa yang kita ingin bersama sehingga ada masanya juga untuk nantinya kita jawab pertanyaan orang-orang itu. Hahaha.

So, buat kita yang sedang menjalin hubungan ini lah pengalaman gue. Cinta itu penting, maka jalankan dengan keseriusan, perjuangkan dan doakan. Begitupun dengan perempuan yang sekarang masih single dan udah nikah sekalipun. Waktu Tuhan sama waktu kita itu beda. Terus bersyukur dengan pasangan yang telah menjadi pilihan. - Luh Putu Grace, 2016