By : Luh Putu
Grace Eunike
Inge
menggunakan gaun putih panjang, di padu dengan bolero lace yang serasi. Kalung permata terkait cantik di lehernya
yang jenjang. Wajahnya selesai dirias, juga rambutnya yang tetap dibiarkan
terurai bergelombang dipadu dengan mahkota kecil dan slayer menutupi wajahnya. Ia berdiri memaku didepan kaca dan
tersenyum. Ia sangat bahagia. Ia dan Gio, pria yang ia cintai akan
melangsungkan pernikahan hari ini. Setelah 3 tahun mereka menjalin kasih dan
menjalani berbagai rintangan dalam hubungan cinta mereka, hari ini semura orang
akan menjadi saksi cinta mereka. Inge berkaca dan mengingat awal pertama
bertemu dengan Gio. Mereka bertemu di kampus. Inge amat tertutup. Saat Gio
mendekatinya, ia selalu saja menghindar. Tapi Gio dengan gigih mendekatinya.
Inge menjadi sangat tertutup semenjak kisah cintanya di masa SMA, dimana ia
pertama kali jatuh cinta namun pria yang ia cintai menyakitinya. Atas kegigihan
Gio, akhirnya Inge menerima cintanya dan mereka saling menyayangi, mendukung
dan saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Ibunda
Inge masuk ke dalam ruang rias, dari belakang punggung Inge memperhatikan putri
tunggalnya sedang mematut diri di kaca
“
Inge, kamu sudah siap? ini buket bunga mu nak. Jika sudah siap, kita akan pergi
ke gereja. “ sapa ibu yang menggangetkan lamunan Inge. Inge menoleh kebelakang,
ternyata ibunya yang telah siap berdandan dan menggunakan kebaya modern warna
putih.
“
Iya, bu. Aku sudah siap. “
“
Astaga! Putri ibu cantik sekali. Ibu sampai pangling. “ seru ibu dengan mata
berkaca-kaca. Dengan gaun panjang yang ia gunakan, inge setengah berlari
menghampiri ibu nya dan memeluk ibunya.
“
ibu jangan menangis, nanti Inge nangis make-up kita bisa luntur deh. “ Inge
berusaha bercanda dan mencairkan suasana haru.
“
INGEEE !!!!! SUMPAH lo cantik bangeeeet!!! “ Tiba-tiba Aica dan Meima datang
keruang rias dan dengan heboh mereka berteriak-teriak. Aica dan Meima adalah
sahabat Inge dari sejak SMA. Mereka adalah sahabat terbaik Inge dan mereka
sudah saling tahu kehidupan masing-masing satu sama lain.
“
Hahaha, kalian juga cantik-cantik. Yuk, kita pergi. “ Inge, ibu dan kedua
sahabatnya berjalan menuju mobil yang diparkir di depan salon. Ayah Inge telah
menunggu untuk berangkat bersama ke Gereja.
______________________________________________________________________
Para jemaat telah bersiap di dalam gereja menunggu
kedatangan mempelai wanita. Gio telah berada di altar dengan pendeta yang siap
melayani mereka dalam pemberkatan pernikahan. Gio terlihat tampan dengan tuxedo
hitamnya. Kulitnya yang putih, bersih, matanya yang berbinar amat mencerminkan
kebahagian dan rasa tak sabarnya menunggu belahan hatinya datang. Ia amat
penasaran melihat Inge, kekasih yang sebentar lagi menjadi istrinya memasuki
altar dengan gaun pengantin yang di pesan khusus dari sahabat Gio di Perancis.
Ia tak main-main dengan pernikahan ini. Ia dan Inge amat menunggu-nunggu hari ini
tiba.
Lagu “The Prayer” mengalun lembut, dengan Choir gereja
menyanyikan diiringi biola dan piano. Inge memasuki altar gereja dengan
menggandeng ayahnya. Mereka berjalan memasuki altar gereja yang dilapisi karpet
bludru merah. Wajah Gio makin sumringah melihat kekasihnya sudah berjalan
menuju tempat ia berdiri. Jemaat turut menyaksikan Inge berjalan begitu anggun
dengan gaun pengantin yang cantik dilapisi oleh permata kecil yang menyala di
beberapa sudut gaunnya. Ayah Inge tak tahan menitikan air mata haru sembari
terus berjalan menuntun Inge untuk diserahkan pada Gio. Sesampai di altar, ayah
Inge memadukan tangan Inge dan Gio tanda restu. Musik mengalun. Gio dan Inge
yang menatap altar gereja dan bergandengan tangan, sementara pendeta membuka
Doa. Gio menatap Inge, dan berbisik di telinga Inge.
“ Sayang, kamu cantik sekali. “ Inge mendengar dan
tersenyum simpul.
_______________________________________________________
Ruang ICU Rumah Sakit Santo Leo, terpecah keheningannya.
Suara ambulance menderu bergitu kencang memekak telingga. Petugas dengan sigap
mengeluarkan pasien di dalam ambulance ke dalam ruang ICU untuk mendapatkan
pertolongan secepatnya. Tampak di dalam ambulance seorang pria yang mengalami
kecelakaan mobil beberapa waktu lalu. Ia tak sadarkan diri menggunakan jas
hitam, namun bersimbah darah di sekitar wajah dan tubuhnya serta luka-luka di
kepalanya. Seorang wanita tak berhenti menangis pria itu ikut masuk kedalam
ruang ICU. Dokter jaga saat itu langsung memberikan pertolongan pertamanya. Ia
memasukan selang pernafasan untuk sang pasien dan membersikan luka dan mengecek
keadaan pasien. Sementara, wanita yang menunggu pria itu menangis amat keras.
“ Dok, tolong .. Tolong suami saya dok. Tolongggg. “
Wanita itu berteriak dan menangis. Tampak sang pria dengan setengah sadar
mengeluarkan kata-kata seperti menggigau.
“ Inge .. Inge .. Inge … “ pria yang sedang mendapatkan
pertolongan it uterus berucap.
“ Apakah yang ia maksud itu, anda? Apa anda yang bernama
Inge? “ dokter bertanya pada wanita itu. Wanita itu menangis, terdiam dan
berlari meninggalkan ruang ICU. Sementara dokter beserta para suster terus
berusaha melakukan pertolongan.
_______________________________________________________
“ Saudara Gionnio Abraham, bersediakah anda menjadi suami
bagi saudari Inge Davina baik senang maupun susah, baik sehat maupun sakit? “
Tanya pendeta kepada Gio yang saat itu sedang berhadap-hadapan dengan Inge.
“ Ya, demi nama Tuhan yang hidup, saya bersedia mencintai
Inge sampai maut memisahkan. “ Gio lantang berucap.
“ Puji nama Tuhan. Saudari Inge Davina bersediakah kau
menjadi Istri bagi Gionnio Abraham menghormati ia sebagai kepala keluarga da
nada baik senang maupun susah sehat maupunnnn ……… “
Kringggggg .. kringgggggggg ……………… Suara telephone salah
satu jemaat terdengar begitu keras sehingga pendeta tak dapat melanjutkan
ucapannya sampai selesai. Ternyata, ponsel Aica berbunyi. Ia mematikannya
langsung dan mengganguk malu meminta maaf.
“ Baiklah dapat kita lanjutkan? “ Tanya sang pendeta.
Tringgggggggg … tringggggg .. Suara telephone kembali berbunyi. Kali ini
suara ponsel Meima berbunyi. Ia dan Aica yang duduk bersampingan saling cubit.
Dan mengganguk meminta maaf. Lalu, mereka melihat siapa yang menelepone Meima
sampai menggangu acara pernikahan Gio dan Inge. Perlahan mereka keluar dari
gereja untuk menggangkat telepone saat mengetahui penelepone dari nomor yang
sama.
“ baiklah mari kita lanjutkan. Saudari Inge Davina
bersediakah kau menjadi Istri bagi Gionnio Abraham menghormati ia sebagai
kepala keluarga da nada baik senang maupun susah sehat maupun sakit? “ Tanya
pendeta lagi.
“ Ya, saya bersedia. Bersedia mencintai Gionnio sampai
maut memisahkan. “ seru Inge. Jemaat bertepuk tangan menyaksikan penyatuan
cinta mereka. Perlahan Gio membuka cadar penutup wajah Inge dan mereka
berciuman sebagai tanda kasih. Pendeta mempersilahkan mereka untuk tukar cincin
sebagai lambing kesetiaan.
Pernikahan antara Gio dan Inge berlangsung hikmat. Inge
yang kesehariannya tampil sederhana dan tidak suka berdandan terlihat amat
cantik dengan gaun penggantin-nya. Juga Gio yang sangat tampan dengan tuxedo
hitamnya. Usai pernikahan mereka menyalami jemaat yang hadir satu persatu dan
diadakan resepsi pada malam hari. Inge memperhatikan kedua sahabatnya yang
terlihat aneh. Mereka yang biasanya sangat heboh, bahkan tidak memberikannya
ucapan selamat. Mereka berdua duduk di pojok gereja dan terlihat gusar. Jemaat
perlahan pulang, Inge dan Gio menghampiri Meima dan Aica yang terlihat aneh dan
tak beranjak duduk di pojok gereja sampai jemaat perlahan pulang.
“ Mei, Cha .. lo berdua kenapa? Sepertinya ada yang aneh
dengan kalian? “ tanya Inge dengan wajah bertanya-tanya. Aicha dan Meima
berdiri dan memeluk Inge menangis, Gio yang melihat ketiga sahabat itu bingung
pula.
“ Inge .. gue sama Aica seneng banget dan bahagia banget
akhirnya lo merrid sama Gio, orang yang lu sayang. Tapi .. maaf banget gue ada
kabar yang ga enak bangeeet … “ Meima menangis.
“ Ingeeee .. Ivan …. Ivan kecelakaan dan tadi Aita yang
tadi telepone kita ngabarin .. “ Peralahan Aica dan Meima melepaskan pelukan
mereka dan mulai menjelaskan perihal keanehan yang terjadi pada diri mereka.
Inge dan Gio tersontak sangat kaget. Inge terdiam dan terpaku. Ayah dan Ibu
Inge dan Gio telah masuk ke dalam mobil, sisa mereka ber4 ke dalam ruangan.
“ Gio , gue tau lo adalah pria terbaik yang Tuhan kirim
buat Inge .. Tapi, please Ivan lagi butuh Inge sekarang. Ivan sekarat dan kata
Aita dia selalu manggil-manggil nama Inge. Boleh Inge ketemu Ivan? Please Gio,
gue juga benci sama Ivan tapi ini demi jiwa orang …. “ Meima memohon pada Gio.
Gio yang dari pagi terlihat sumringah terlihat wajahnya berubah. Ia melemah dan
tak tau bilang apa. Ia menatap Inge, istri yang baru saja ia nikahi. Inge
menitikan air mata dan tetap terlihat cantik dengan gaunya. Gio sangat tahu
siapa iti Ivan dan bagaimana Inge dan Ivan di masa lalu.
“ Gio … Kalo lo emang berat kasih ijin Ivan ketemu Inge
gapapa tapi … “
“ Gue sendiri yang akan anter Inge ke rumah sakit. “ Gio
berbesar hati dan menggandeng tangan Inge. Inge menatap Gio dan mereka bergegas
pergi meninggalkan gereja menuju rumah sakit.
_____________________________________________________
\
\
Ruang 104 adalah ruang dimana Ivan dipindahkan dari ICU.
Gio, Inge, Aica dan Meima sampai di Rumah Sakit dan semua isi rumah sakit
menatap mereka heran. Bagaimana tidak, mereka ke rumah sakit sementara Inge
masih mengenakan gaun lengkap begitu dengan Gio menggunakan tuxedonya.
Inge dan Gio memasuki ruangan dimana Ivan berada. Tampak
Aita menunggui Ivan dan matanya bengkak dan terus menangis. Aita tersenyum
kecil namun dengan wajah penuh kekhawatiran. Tampak Ivan terus menggigaukan
nama Inge, membuat hati Gio dan Inge sangat terenyuh.
“ Inge, Gio thanks uda dating dan selamat atas pernikahan
kalian. Ivan memaksa datang ke pernikahan kalian namun gue yang ga ijinin
sampai semua ini terjadi. Gue Cuma gam au Ivan berhubungan sama lo Inge, karena
lo masa lalunya. “ Aita berucap namun bibirnya bergetar seperti ketakutan dan
penyesalan. Inge dan Gio terdiam.
“ Inge .. Lebih baik lo sekarang ngomong sama Ivan. Dia
butuh lo. Gue tau itu. Walaupun hati gue ini sakit banget saat-saat kayak gini
dia malah sebut nama lo. “ Aita berucap lalu pergi meninggalkan ruangan. Inge
dan Gio mendekati Ivan yang tak sadarkan diri. Kepalanya diperban dan ia
memakai selang pernafasan.Kakinya diperban, namun tangannya terlihat baik-baik
saja. Inge menatap Gio dan mulai menitikan air mata. Gio merangkul Inge dan
mencium kening Inge. Perlahan Gio pergi meninggalkan ruangan, meninggalkan Inge
dengan Ivan. Inge menatap punggung Gio yang pergi dengan penuh kesedihan. Ia
tau, saat seperti inipun hati Gio hancur, apalagi mereka baru saja menikah.
Inge duduk di sisi bahu kasur tempat Ivan berbaring. Ia
menatap Ivan cukup lama namun tak tahu berbuat apa. Tiba-tiba Ivan kembali
menggigaukan namanya.
“ Inge .. Inge .. “
“ Iya, Van .. Aku .. Aku di sini .. “ Inge terbata-bata.
Mereka terakhir bertemu di sebuah restaurant 2 tahun lalu, namun Inge tak mau
meyapanya. Ruangan senyap. Perlahan Mata Ivan terbuka namun tetap lemah, cukup
menggagetkan Inge.
“ Inge .. ini Inge .. “ Ivan berucap.
“ Iya .. Ivan .. ini aku. Kamu kenapa bisa begini. Kamu
harus sembuh ya, demi Aita. “ Inge tak dapat menahan air matanya ia menangis.
Perlahan Ivan menanggkat tangan Inge dan memenggegamnya erat. Inge tak tega
melepaskannya.
“ Kamu cantik. Kamu sangat cantik dengan gaun ini Inge.
Andai kamu penggantinku. “
“ …… “ Inge menangis dan terdiam. Perlahan tangan Ivan
menghapus air mata Inge.
“ Cantik, jangan menangis. Aku senang kamu disini. Inge,
aku meminta maaf. Maaf saat kita bersama dulu, aku menyakiti hatimu. Aku amat
sangat menyesal dan merasa berdosa. Inge, ijinkan aku untuk banyak berbicara
padamu sebelum mungkin aku mati. “
“ Ivan, jangan bicara seperti itu .. “ Ivan meletakan
telunjuknya dibibir Inge.
“ Jangan biarkan aku berhenti berbicara. Aku senang saat
pertama kita berkenalan. Kamu dahulu yang menyukai aku, karena kau bilang aku
paling tampan diantara kakak kelas mu yang lain di sekolah. Aku menyambut itu
dan menyatakan rasa suka padamu. Ingat, saat di koridor sekolah kita? Aku masih
ingat. Kamu menyebut aku dengan sebutan ayam karena aku sangat suka jika kau
membawakan aku bekal ayam goreng, dan aku menyebutmu tupai. Aku ingat dimana
kita pertama kali naik bianglala, dan kamu bilang akulah cinta pertamamu. Aku
ingat semuanya Inge. Aku meminta maaf, kisah indah kita terhapus karena ulahku.
Ulahku berselingkuh memacari banyak perempuan karena mereka mengejarku. Aku
sangat bodoh meninggalkan kami Inge. Bahkan, aku membiarkan kamu menunggu aku
dihalte kehujanan sementara aku dengan perempuan lain. “ Inge sangat terkejut,
Ivan sangat menggingat kisah mereka.
“ Penyesalan ini bertahun-tahun lamanya. Saat aku sadar,
kamu sudah bersama Gio dan aku tahu Gio adalah Pria yang sangat baik. Aku
merasa tidak pantas untuk mengejarmu lagi. Aita .. Aita sangat mirip dengan mu,
ia suka memasak, ia sangat manis, dan aku pikir dapat menemukan sosok yang
sama. Sampai kami menikah, namun aku tahu ia sangat berbeda denganmu. Aku
menyimpan ini begitu dalam, dan sangat sakit, Inge. Aku sangat lega bisa
berkata seperti ini walaupun dalam kondisi lemah dan sangat kesakitan rasanya
kepalaku ini.”
“ Ivan, okey okey aku maafin kamu. Aku ga nyangkal kamu
memang cinta pertama aku. Dan aku sakit saat kamu memaikan perasaan aku, tapi
kamu harus tetep kuat buat Aita dan calon bayi kamu. Kasian Aita. Dan kamu
harus tahu, Gio lah cinta terakhir aku … “
“ Inge .. bisakah untuk saat ini saja, jangan ada Aita
dan Gio diantara kita. Kepala ku semakin sakit. Namun hati aku sangat damai,
kamu maafin aku. Aku menunggu itu selama bertahun-tahun. “ suara Ivan melemah.
“ Tupai kecilku, bolehkah aku memelukmu. Aku merasa
sangat dingin disini. “ Ivan sangat memohon dan wajahnya telihat pucat. Inge
menitikan air mata dan melihat cinta pertamanya, terlihat begitu lemah saat ini
dan membutuhkannya. Ivan yang tertidur, tersenyum dan Inge memeluk tubuh Ivan.
“ Nyaman sekali, tupai kecilku .. Terimakasih sudah
memaafkan aku. “ Ruangan terasa amat dingin dah hening. Inge merasakan tubuh
Ivan yang melemah. Inge melepas pelukannya, mata Ivan tertutup dan wajahnya
tersenyum.
“ Ivan ………. Ivan ………… bangun van !!!! Ivan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!! “
__________________________________________
Ini kisahku, Inge 25 tahun. Aku tak menyangka di hari
itu. Aku dengan gaun pengantinku menghadapi dua hal yang berbeda. Menikah dengan
cinta terakhirku, dan menemani cinta pertamaku di hari menjelang kematiannya.
Dan aku berjanji, akan s’lalu bersama Gio dan anak-anak kami sampai maut
memisahkan. Aku memaafkan Ivan dengan tulus hati dan ku harap ia tenang di
sana.
____________
end __________________________
No comments:
Post a Comment