Friday, June 16, 2017

After 9 Years Togerther : Engagement Day


Everyone’s Journey is Different “

Suatu hari, adik ku mengirimkan sebuah postingan di instagram dengan judul, 12 Things To Always Remember. Dalam postingan tersebut ada 12 hal yang harus selalu di ingat oleh kita, salah satunya : Perjalanan setiap orang berbeda-beda. Kutipan tersebut akan berhubungan dengan isi cerita di blog ku kali ini. Tepat satu minggu setelah melaksanakan acara lamaran dan pertunangan dengan orang yang telah bersama-sama dengan ku selama 9 tahun, Immanuel David.

Bagi kami yang sudah pacaran cukup lama, pasti pertanyaan orang seputar “ Kapan menikah ? “ bukan hal yang asing lagi. Setiap reuni, kumpul keluarga, ngobrol sama teman kantor, hadir di pernikahan ada kalanya pertanyaan itu selalu muncul. Yang setuju katakan amin ? Hehe. Tapi, aku tahu bahwa dalam hidup ini kita harus mengikuti proses dari Tuhan. Kami bukan tidak pernah bicara soal pernikahan. Pernikahan tentu menjadi impian setiap pasangan yang serius menjalin hubungan, namun kami tidak menceritakan ke banyak orang dan tetap membawa di dalam doa.

Akhir tahun 2015 Adik perempuan Imm, dilamar oleh pacarnya melalui proses lamaran indah dan sederhana. Berdua tanpa ada yang tahu. Sebuah cincin tanda keseriusan jadi pelengkap kebahagiaan. Aku yang juga sahabat, Lisa kala itu ikut bahagia. 6 tahun mereka berpacaran akhirnya hari itu tiba juga. Kami sangat bersukacita dan ikut tenggelam dalam persiapan pernikahan mereka. Dari persiapan pernikahan Lisa, aku mulai belajar oh ternyata begini mempersiapkan pernikahan. Bukan hal yang mudah. Ada hal yang kita inginkan, namun belum tentu dapat terwujud. Ada hal yang kita tidak pikirkan, ternyata ada jalan keluarnya. Aku melihat dinamika itu mereka jalankan dengan kompak.

Pun ketika, mereka melakukan pertemuan keluarga di bulan September 2016. Dimana aku ikut menghadiri karena pacar kakaknya. Pertemuan dua keluarga inti, ada oma-oma yang hadir. Berbincang dan membicarakan pernikahan yang berlangsung tahun depan.
Aku dan Imm pun sempat berbincang-bincang, usai pertemuan keluarga itu. Saat itu kami makan di Pa Bing So, Kembangan. Ternyata begitu ya, kalau mau menikah. Harus ketemu dua keluarga. Lalu membicarakan hal-hal yang lain. Seperti itu mungkin kebiasaan kami berdua sejak dahulu, apapun yang kami baru alami akan kami share dan ceritakan.

Papa mama imm, bekerja di Kalimantan. Jauh dari anak-anak. Setahun pulang hanya 2 kali. Pada bulan september tersebut, mereka pulang untuk menghadiri pernikahan keluarga dan pertemuan dengan keluarga calon suami Lisa. Hingga pada akhir september 2016, Imm bilang untuk ajak papa mama makan sama-sama mumpung papa mama nya ada di Jakarta. 

Yang jelas saat itu jantungku seperti nya berdegup lebih kencang. Ini namanya apa ya ? Lamaran ? Hmm Bagaimana dengan papa ? Papa terlihat kikuk, bingung, serasa seperti dapat kejutan sampai-sampai hanya sanggup menjawab “ Ya Pak Yohanes “ Lalu, obrolan demi obrolan berlanjut. Papa pun meski masih telihat bingung, menerima dengan baik ucapan papa Imm. Papa Imm, minta izin terlebih dahulu, sebelum fokus kepada Imm, dia harus fokus pada pernikahan Lisa tahun depan. Papa dan mama pun, mengiyakan dan turut mendoakan. Hari itu, aku dan Imm merasa ada step baru dalam hubungan kami. 

Meskipun kami belum bisa melangkah terlalu jauh. Namun, kami telah mengantongi restu secara resmi dari kedua orang tua yang selama kami pacaran pun ga pernah “kepo” atau mencampuri banyak hal. Mereka hanya memberi nasehat selama ini untuk pacaran yang positif. Belajar harus tetap nomor satu dan ingat Tuhan dalam segala hal.

18 Febuari 2017 Lisa dan Yustin menikah. Aku sebagai salah satu dari sabahat Lisa, menjadi bridesmaid dan ikut menginap di hotel sehari sebelum pesta pernikahan. Kami pun menjalani sesi pagi. Make up dan foto shoot. Semua di make up bergantian pun dengan mama Lisa. Aku diminta memanggil mama Lisa di kamar karena sudah giliran-nya. Aku menghampiri kamar mama Lisa, dan langsung mengajaknya ke kamar kami dimana team MUA sudah siap. Di lorong kamar hotel, mama nya mengajak aku bicara. Bicara untuk mulai mendiskusikan bulan pernikahan dengan Imm. Aku sempat kaget juga. Pertama masih pagi. Kedua ini masih hari H pernikahan Lisa. Tapi, aku berusaha untuk menjawab sebisa aku saat itu. “ Ya tante, nanti di diskusikan “
Usai di make up, kami ada sesi foto bergantian. Karena bergantian aku dan mama Imm duduk di pinggir kasur menunggu giliran. WO pernikahan mondar-mandir dengan sibuknya. Mama Imm, melempar senyum ke salah satu WO “ Terimakasih ya bantuin Lisa, nanti bantu juga kokonya ini calon-nya “ Aku pun tersenyum simpul. 

Atas kemurahan Tuhan, pernikahan Lisa dan Yustin berjalan dengan lancar hari itu. Kami semua bersukacita. Tak terhindarkan pula, semua tamu yang hadir yang mengenal aku dan Imm melempar pertanyaan “ Kapan Nyusul ? “ Hehe.

Sehari setelah pernikahan Lisa, hari minggu di gereja Papa dan Papa Imm ternyata sempat ngobrol-ngobrol sebentar. Secara kepo, pulang gereja lantas aku bertanya ke papa “ Pa, ngbrol apa tadi sama Om ? “. Ternyata isi obrolan nya adalah papa mama Imm akan kembali ke Jakarta, untuk membicarakan pernikahan aku dan Imm lebih lanjut. Papa berujar ada permintaan dari Opa di Blitar, agar ada pertunangan dan pertemuan keluarga sebelum menikah. Hal ini dinilai baik, supaya saat resepsi pernikahan setidaknya keluarga sudah saling kenal dan tak canggung lagi. Dan papa Imm, menyetujui dan akan datang di pertengahan tahun. Aku dan Imm pun mulai menentukan tanggal yang tepat supaya keluarga bisa hadir saat pertunangan kami.

25 Febuari 2017 Sahabat ku di kantor, Kiki menikah. Rasanya kurang kalau aku tidak menceritakan tentang dia juga. Kiki dan Riris tidak tahu kapan memulai hubungan alias berpacaran. Mereka ingin serius lalu mulai memikirkan membeli seserahan dan melihat-lihat rumah. Aku cukup tahu setahun proses mereka mempersiapkan pernikahan. Banyak lika liku juga. Aku dan Imm hadir menyaksikan pernikahan mereka. Sederhana namun bermakna. 

26 Febuari 2017 Aku dan Imm dapat info bahwa ada pameran wedding di Jiexpo, Kemayoran. Sesuai arahan dari yang pengalaman, alias Lisa. Pameran wedding adalah satu agenda yang patut kami jalankan. Kami pun datang ke sana. Melalui komunikasi dengan orang tua Imm via phone dan orang tua ku di rumah, dan doa tentunya kami akhirnya punya tanggal pernikahan. Tanggal tersebut memudakan untuk mendapat Venue. Venue dinilai penting karena itu awal dari segala sesuatu. Akhirnya kami deal Venue dan Cathering di pameran tersebut. Tak lupa, langsung berkomunikasi dengan orang tua.

Sembilan tahun bersama. Lulus sekolah, masuk kuliah, usaha online shop buat tambahan uang jajan, susah senang sidang skripsi, datang ke wisuda masing-masing. Dapat pekerjaan sampai LDR karena pekerjaan pun kami lalui. Step baru menanti kami di tahun ini.

Persiapan pertunangan. 

Sejak awal, keluarga kami sepakat untuk tidak menggunakan adat istiadat dalam menjalankan pernikahan begitupun dengan lamaran dan pertunangan. Baik dari keluarga ku dimana Papa keturunan Bali, dan mama Chinese. Pun juga Papa Imm yang notabene Chinese juga dan Mama nya Jepang.

Papa yang sering bolak-bali ke Blitar, memberikan aku sebuah susunan acara pertunangan. “ Ci, seperti ini susunan pertunangan dari Opa kamu bisa ganti lagunya dan kertasnya “Aku pun mengkomunikasikan nya kepada Imm. Maklum, di gereja kami di Jakarta belum pernah ada contoh pertunangan itu seperti apa. Dalam pertunangan, ada tukar cincin. Imm pun langsung ajak aku pesan cincin di toko langganan Obacang (Oma Imm) di daerah Tebet. Jadinya satu bulan atau tepat seminggu sebelum pertunangan. Aku mulai memikirkan mau pakai baju apa ya? Ternyata mama dan papa sudah duluan membeli batik couple.

Lalu aku dan Imm pakai apa ? Tanpa pikir panjang untuk menghormati keluarga kami yang banyak keturunan Tionghua, aku pun sempat membeli baju atasan merah. Ku pikir, mungkin pas bila dipadukan dengan kain. 

Mama Imm datang dua bulan sebelum pertunangan. Karena tahu, papa mama sudah beli batik, Imm ajak mama nya beli batik juga. Sehari setelah itu, kami mencari batik untuk Imm dan kain bawahan untuk aku. Sulit juga loh, menyatukan dua orang untuk satu keinginan. Imm mau batik yang ini aku mau yang itu begitu sebaliknya. Sampai muter-muter jatuhlah pilihan di lantai 3. Aku sudah senang, dapat batik yang ada unsur merahnya. Pasti pas dengan atasan kain aku. 

Beberapa hari setelahnya Imm datang ke rumah, aku coba atasan merah aku dan kain yang sudah kami beli. Ternyata, dia ga suka. Dia bilang “ Ga harus pakai merah-merah kok. Aku lebih suka pakai kebaya putih kayak gini “ dia pun menujukan foto adik nya pakai kebaya encim warna putih. “ Yah kenapa ga bilang, kalau ga harus pakai merah ? udah terlanjur beli “, “ Gak ah, sukanya kamu pakai kayak gini “ Kebaya encim ternyata juga alkulturasi budaya Indonesia dan Tionghua. Akhirnya, aku mengalah. Bye-bye atasan merah aku. Aku kontak Lisa, mau coba kebaya encim dia supaya ada gambaran kalau mau beli. Dia sempat bilang, pakai saja punya aku. Dan seminggu sebelum acara, akhirnya aku beli juga kebaya encim yang nyarinya pun hampir putus asa. Hahaha karena badan ku yang kecil dan kebayanya banyak yang gombrong dan warna nya ga semua ada putih. Tapi, mama dan apa setia menemani makasi ya mah pah.

Karena aku tinggal di Pastori Gereja (Rumah Dinas untuk Pendeta), pertunangan kami pun berlangsung di gereja. Mengundang keluarga saja baik dari pihak mama dan papa kami masing-masing meskipun ga semua bisa hadir. Papa mengundang Opa Halim sebagai gembala sidang dan Om Dede dan Om Hengky sebagai perwakilan majelis gereja. Aku pun mengundang sahabat ku Cynthia yang bantu bikinin Layout susunan acara pertunangan dan jadi fotographer di hari itu. Thankyou, for beb Thia. 

Gak lupa aku undang juga sahabat aku Yuli yang sudah seperti saudara ku sendiri. Thankyou ya, sehari sebelum hari H, bantu rapiin gereja dan kutekin aku meskipun hanya kutek bening haha. Makasi juga, mau dengerin setiap cerita aku selama persiapan pertunangan. Puji Tuhan, karena mama ku orang kantor notabene ga bisa masak-masak jadilah kami pesan cathering langganan “ Heluton Cathering “ by Oma Merry yang selalu enak. Bersyukurnya adalah Oma Merry mau terima pesanan di bawah 100, maklum kami hanya undang keluarga jadi akan mubazir juga kalau pesan kebanyakan. 

10 Juni 2017 Hari itu pun tiba. Keluarga datang dari Blitar dan Bali sejak kemarin. Pagi aku bangun langsung bersiap untuk di make up oleh mba Lina, orang MUA di kantor yang jauh-jauh hari aku minta untuk make up. Imm dan aku ga banyak berkomunikasi pagi itu. Dia sibuk dengan keluarganya, begitupun aku. 

Selesai rias diri, aku bersiap. Keluarga Imm rupanya sudah tiba. Disambut oleh Papa dan para Om, juga Opa Thomas dan Opa Endi. Satu per satu keluarga datang. Yuli yang bagian menyambut. Keluarga aku dan keluarga Imm duduk bersebrangan. Sebelum mulai, aku menghampiri keluarga Imm. Mengucap terimakasih sudah datang, dan bertemu Imm sekedar ngobrol sedikit, “ cincin yang lama sudah di lepas ? “ kata Imm. “ Sudah kok, di tas di simpan” kata ku lalu kami tertawa kecil. Cincin perak hadiah anniversary ke-5, akhirnya harus disimpan jadi kenangan manis.

Papa mengawali hari itu dengan mengucapkan terima kasih atas kehadiran keluarga Imm. Papa berujar, mohon maaf jika kita mengadakan acaranya disini karena kebetulan kami tinggal di gereja. Kemudian papa mempersilahkan papa Imm untuk menyampaikan maksud kedatangan ke kediaman kami. Papa Imm pun menyampaikan maksud dan tujuan. Papa menyambut dengan sedikit bercanda “ Bapak sudah yakin mau melamar anak saya, David (panggilan Imm) sudah yakin juga “ semua berkata yakin diiringi tawa keluarga. Papa pun, menanyakan keyakinanku. Aku tentu senyum dan menjawab iya sambil rasanya sedikit malu di tanya begitu hehe. Kemudian, berlanjutlah papa memperkenalkan semua keluarga kami. Ada yang unik yaitu ada Bunda, Kakak Lalith dan Kak Umi yang tengah berpuasa. Mereka muslim tapi menghargai hadir dan duduk untuk menyaksikan pertunangan kami. Tawa sempat pecah, ketika Papa lupa memperkenalkan istrinya sendiri, yaitu Mama. Hehe. Stand up comedy kok acara seperti ini pa haha. 

 Kemudian, berlanjutlah papa Imm memperkenalkan keluarganya dan juga memberitahukan tanggal pernikahan kami dan minta didoakan semua keluarga untuk diberi kelancaran.

Usia perkenalan keluarga, adikku Foske dan pacarnya Temi mengambil alih. Foske menjadi WL untuk Ibadah peneguhan pertunangan dan Temi bermain gitar. Lagu
 Semua Baik” mengawali. Aku benar-benar merasakan kebaikan Tuhan di hari itu. Kemudian Opa Halim memberikan Firman Tuhan, agar kami terlebih dahulu mengasihi Tuhan sehingga mampu mengasihi pasangan. 


Tiba, saat janji pertunangan. Opa Thomas maju kedepan. Kami diminta berdiri berhadapan. Imm di tanya “ Sejak kapan kamu mengasihi Nike ? “ dia sempat terdiam senyum sebentar, menatap ku lalu terdiam lagi. “ Jadi kapan ? “ Opa mengulangi. “ 10 Tahun yang lalu “ jawab Imm. Sontak seluruh keluarga tertawa. “ Wah-wah cintanya jadi sudah teruji ya”kata Opa. Lalu, kami pun diminta mengucapkan janji setia pertunangan, yang naskahnya sudah ada dan tinggal dibacakan. Mau hafalin takut grogi. Nanti sajalah menghafal kalau janji pernikahan, pikir kami. Janji pertunangan berintikan mempersiapkan diri menjadi istri/suami yang baik dan benar di hadapan Tuhan menjelang pernikahan. Aku merasakan hal ini memang penting, karena mempersiapkan pernikahan itu gak mudah. Butuh kerjasama, doa, dan kesabaran didalamnya. 

Usai ucap janji, kami pun bertukar cincin. Adegan tukar cincin, entah kenapa Imm agak susah masukin ke jari aku. Gak tahu apa jari ini gendutan yah? Akhirnya sih masuk juga dengan perjuangan extra. Hehe.

Usai tukar cicin, opa memberikan kertas janji pertunangan untuk kami tanda tangan. Sejujurnya kami pun, baru tahu kalau janji pertunangan harus ditanda tangan pula. Didalamnya ada ayat Kolose 3:14 “ Dan diatas semuanya itu: Kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan “. Meskipun bukan sebuah kertas yang resmi, namun kertas itu kami simpan dan menjadi komitmen dalam bulan-bulan masa persiapan pernikahan kami.

Adegan paling sweet menurut aku dalam acara pertunangan adalah saat kami didoakan. Aku pun sebelum hari H cari loh referensi pertunangan kristen itu seperti apa. Macam-macam bentuk acaranya, ada yang sangjit sekaligus ibadah, ada anak-anak pendeta yang aku lihat bertunangan rata-rata ada ibadahnya dan bahkan didoakan dengan cara berlutut dan ditumpang tangan. Kalau kami bagaimana ? Kami diminta berhadapan. Lalu bergandengan tangan. Opa Thomas dan Opa Halim memberikan tangan mereka di tangan kami lalu didoakan. Mereka para orang tua. Penginjil, pendiri gereja, pendoa bagi jemaat, orang-orang yang setia di ladang-Nya Tuhan, siapalah kami sehingga didoakan oleh mereka. Sungguh anugerah Tuhan untuk kami berdua.

 Setelah didoakan, semua menyanyikan lagu yang sungguh indah dan jadi kekuatan iman “ Bila Engkau tak besertaku, ku tak mau berjalan. Ku perlu Tuhan pimpin langkahku dengan kasih karunia-Mu “

It’s Wrap! Ibadah pertunangan selesai. Waktunya ramah tamah keluarga dan sesi foto-foto. Ada yang menarik mataku, di ujung sana. Apa itu merah-merah di atas meja ? Ternyata hantaran dari keluarga Imm berupa kue-kue, roti-roti dan buah-buahan. Ada pula bunga segar yang cantik dan sebuah kue tart bertuliskan “ Happy Engagement David & Grace “ Semua di hias sangat rapi dengan pita-pita merah. Imm gak pernah kasih tahu sebelumnya ini semua, karena pikirku kita tidak ada seserahan dan sebagainya. Ternyata, papa mama Imm yang siapkan semua. Sangat berkesan.

Saat makan, mama Imm menghampiri aku dan memberikan sebuah bingkisan merah, didalamnya ada sebuah kotak. “ Simpan buat kamu. “ Aku gak bisa cerita isinya apa di sini, yang jelas menulis ini pun aku masih terharu.

Acara pertunangan usai. Yuli, Thia, adiku Foske, sahabat sekaligus calon adik iparku Lisa hehe memberikan karangan bunga yang cantik. Terimakasih kalian. Aku bahagia melihat keluarga menyempatkan hadir. Keluarga mama yang dari Bekasi, keluarga Imm di Tebet, Keluarga Papa dari Bali dan Blitar. Juga ada Koko Nathan dari Bali hadir meskipun dia terbatas di kursi roda. Aku pun sempat sedih adikku Nyoman tidak bisa hadir, karena dia masih harus sekolah dan tidak di izinkan terlalu sering pulang oleh Suster Kepala. Sedih tidak ada Oma Blitar dan Oma Ana, namun aku percaya mereka melihat pertunangan kami di surga sana.

Sebelum papa dan mama Imm, kembali ke Kalimantan. Kami makan ber-enam. Ngobrol banyak hal dan juga sedikit banyak membahas rencana kedepan. Aku bersyukur orang tua kami masih diberikan kesehatan sampai saat ini.

Inilah perjalanan aku dan Imm. Mungkin ada lamaran berdua dengan bunga, cincin, kembang api, dan lain sebagainya. Atau dengan pesta pertunangan di sebuah hotel atau restaurant. Ya, setiap orang perjalanan nya berbeda dan jangan terlalu ambil pusing bagaimana orang memandang perjalanan kalian.

“ Opinions don’t define your reality “

Setiap orang punya kisah yang indah bersama pasangan nya. Tinggal kita sendiri memaknai perjalanan itu. Ini ceritaku, bagaimana dengan kamu ?

Jakarta, 16 Juni 2017

With Love,

Grace Eunike
Immanuel David's Fiance


Note : Foto lain bisa di lihat di instagram : @graceeunike atau twitter : @lpgraceeunike